PUISI TEMA 1


Kau
Karya : Adimas Permadi
Hey..Kau..
Kau terlalu indah untukku
Terlalu dingin untukku
Mungkin.. aku terlalu mencintaimu..

Dicintai yang tak mungkin terjadi
Membuatku merasa bodoh dihadapamu
Mungkin aku bisu..
Yang tak berani mengungkapkan rasa ini dihadapanmu

Aku mencintaimu...
Meski tak pernak ku tunjukkan..
Bahkan aku tak tau cara berhenti mengilangkan parasmu di hayalku

Memilikimu..?
Itu Mustahil terjadi
Tetapi, biarlah takdir yang berbicara

Ruang kosong
Karya : Belinda Nadya Hapsari
Ada saat dimana…
Aku merasa seperti tak lagi menunggu siapapun
Merasa tidak sedang disakiti siapapun
Merasa tidak bahagia bersama siapapun

Aku seperti tak tau apa itu cinta dan luka
Sampai dimana
Semua seolah diam dan hampa
Rindu pergi begitu saja
Dan cinta…
Aku sama sekali tak tau dimana

Idola
Karya : Branifa Kholizah Arifky
Aku mempunya foto ,video bahkan dramamu
Tetapi tidak dengan raga dan jiwamu
Apalah daya dan usahaku?
Yang hanya dapat melihatmu dibalik layar datar ini
Tetapi dibalik semua itu
Aku berterimakasih karena karya- karyamu
Yang telah mewarnai hidupku

Aku tahu ini hanyalah sementara
suatu saat nanti kau akan nenjadi kenangan
Yang telah menghiasi masa remajaku di kala dulu
Kau adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan
Aku tahu semua ocehanku terdengar naif
Aku tahu aku tak sebanding denganmu
Darimu aku belajar banyak hal
Salah satunya mengharapkan
Yang tidak mungkin itu sungguh menyakitkan
Yang bisa kulakukan adalah mendukungmu dari jauh
Dan kalian tidak akan tahu itu

Setiap malam yang sunyi  berbalut hening
Melihat dari bingkai berlayar datar
Terhibur lewat keelokan tubuh seputih salju dan selembut kapas
Bukan aku bermaksud menduakan Tuhan

Ego
Karya : Brlly Andratama Muhammad Dinata
Bukan, bukan aku yang mau kembali
Bukan aku yang selalu merindukanmu
Bukan aku juga tidak pernah ingin kau kembali walau setitik saja
Bukan, aku sedang tidak berbohong
 Bukan aku yang bicara sekarang
Tapi ego
Iya ego
Yang sengaja keluar untuk menghancurkan semuanya.

Usai
Karya: Darlian Novita Sari
Tak biasa mungkin ini yang kurasakan
Saat kau akhiri rasamu untukku
Saat tak ada lagi namaku dihatimu

Sepi..
Sunyi..
Sendiri..
Hilang semua raib entah kemana

Tahukah engkau?
Saat itu juga aku masih berharap padamu

Senyumu..
Candamu..
Tawamu..
Lembut tutur sapamu..

Hilang sudah semua ini
Tak lagi bisa kujumpai
Semua ini telah berakhir
Kebersamaan kita..
Kesenangan kita..
Kebahagiaan kita..

Bahkan tingkah anehmu yang membuat ku tertawa bahagia tlah berakhir
Dan...
Sekarang hanya tinggal kenangan semata

bahkan, telah terhapus oleh memorimu
Andai saja aku saat ini masih bersamamu lebih lama lagi
Tak akan kudapati kesedihan ini, kehancuran ini.

Tapi kini ia telah berlalu
Melupakan ini semua yang dia mau.


Terima Kasih Ayah
Karya : Dava Paryoga Nurcahya
Ayah....
Kau ajarkan aku tentang
kebaikan...
Kau jelaskan aku tentang makna
kehidupan...
Dan kau mendidikku...
Dengan penuh Kasih sayang...

Ayah....
Betapa mulianya hatimu..
Kau korbankan segalanya demi anakmu
Kini ku berjanji untuk semua kerja kerasmu
Ku berjanji untuk  semua kasih sayangmu
Dan aku akan selalu menyayangimu
Hingga akhir hayatku...
Terima kasih Ayah untuk semua kasih sayangmu...


Pandangan Pertama
Karya             : Diah Ayu Retnaningrum
Pandangan Pertama
Matahari pagi di hari senin
Menghiasi hari pertama sekolah
Hari pertama masuk SMA, ketika diriku bertemu dirimu
Di perbatasan tembok kelas
Tak ku sangka, hati ku berdetak kencang
Tak ku sangka, aku selalu memikirkanmu sekarang
Ketika kau bersama wanita lain, hatiku terasa hampa
Apakah ini cinta?
Apakah ini cinta pandangan pertama?
Aku tak tahu, yang pasti sekarang aku sangat menyukaimu
Entah apa yang membuatku jadi seperti ini

Rasa yang Tak Pasti
Karya : Ersa Fitria Mahardika
Disaat aku mulai lelah bertahan.
sebuah keraguan datang,
dan memintaku tetap bertahan.
Rasa ini memang kejam,
Memintaku bertahan dalam luka yang dalam.

Ragaku selalu ingin melepasmu.
Tetapi hati kecilku tak akan pernah bisa melepasmu.
Padahal, hati ini sering tersakiti olehmu.
Aku lelah berharap kepadamu.
Tapi kenapa aku tidak bisa melupakanmu ?

Aku ingin bertanya kepada hati kecilku,
Apakah aku benar - benar bisa memilikimu?
Atau aku hanya akan berharap kepadamu?
Aku harap, kau tak lagi menciptakan luka yang sama  


Rindu Tak Bertuan
Karya : Faren Aditya Pradana
Sampai kapan rindu ini tak bertuan,
Rindu yang kurasakan sendirian,
Rindu yang tak pernah mendapat balasan,
Dari seseorang yang ku harapkan

Datanglah,aku menunggu balasan rindumu,
Aku ingin dirindukan sejenak agar rinduku tidak memberontak

Datang Sementara Pergi Selamanya
Karya : Fatin A’laa
Tak sepantasnya kau datang dan pergi begitu saja
Kau tahu, aku tak mampu menyapa rindu yang tak bertuan
Mungkin lucu bagimu bisa masuk dan pergi sesederhana itu
Karena kamu tidak tau kesanggupanku atas datang dan pergimu
Akuu! Punya rasa cinta yang jauh lebih dalam dari kamu
Hingga untuk membencipun aku tak akan mampu

Aku tak cukup berani untuk menahanmu pergi,
Aku juga tak cukup berani untuk memintamu datang
Semoga kau lekas mengerti ketulusan ku selama ini
Aku tahu dengan diriku sendiri
Aku pasti bisa memerjuangkan lebih dari ini

Teruskanlah permainanmu,kau pasti temukan akhir dari pergimu
Aku akan tetap disini dengan rindu yang tak bertuan

Rasa Yang Tak Berujung
Karya :Hylda Dewi Marganing Tiyas
Mungkin rasa ini seperti bintang
Jauh dan tak bisa menggapainya dengan mudah
Kuingin kau juga mengingatku dalam hari-harimu
Seperti daun yang jatuh setiap hari
Kumau kau membantuku setiap saat aku membutuhkan
Seperti semut yang selalu bergotong royong
Kata yang kau ucapkan tk semanis gula
Melainkan sepahit getah bunga kamboja
Namun rasa ini tak akan pernah usai
Sampai hewan berbicara pada tumbuhan
Sampai matahari bertemu dengan bulan
Sampai benda berbicara
Mungkin memang tak akan ada ujungnya

Jumpa Adalah Derita
Karya : Intan Windyar Handono Putri
Awal pasti tiada yang mengira
Pertemuan selalu datang menyapa
Dan perpisahan akan datang tiba-tiba
Siapa yang menyangka semua terjadi tanpa rencana

Tiada kita menyadari roda waktu terus memburu
Berusaha menghapus membuang semua rencana
Perjumpaan kita seakan mempertegas impian kita menjadi seorang sahabat perjumpaan
Ya benar sahabat perjumpaanku yang sangat berharga

Kalian tahu berjumpa denganmu merupakan anugerah terindah Tuhan yang diberikannya padaku
Tanpa syarat tanpa imbalan semua penuh kesengajaan-Nya
Sungguh lelah bibirku ini mengungkapkan dari hati yang tak tahu apa yang ia rasakan
Jika ku dapat membaca masa depan aku akan lebih awal berjumpa dengan kalian

Merangkai dan menggapai mimpi kita yang telah kita susun penuh dengan do’a
Menghabiskan waktu lebih dari yang kita bayangkan
Ku tahu ini bukan akhir dari segalanya
Dan aku tahu berjumpa dan mengenal kalian menjadi ujung tombaknya

Walaupun kita terlahir dari raga dan jiwa yang berbeda
Rasa tak ingin kehilangan terus menyiksa tiada henti
Bagaimana caraku menghentikanya kian lama kian menusuk dada
Bak hatiku terguncang dengan dhsyat tapi itu tidak seberapa dengan kehilangan sahabatku

Aku menyayangi kalian seperti menyayangi jiwaku
Kepergian kalian seakan hilangnya separuh impian dan ragaku
Maaf jika di perjumpaan kita aku terlalu memaksakan kita selalu bersama
Ku hanya bisa berdoa semoga kalian berhasil meraih impian

Bidadari Tanpa Sayap
Karya : Izzudin Nafi’an Syah Kyaril
Ada banyak panggilanmu
bunda, mama, atau ibu

Satu yang pasti, panggilan itu lebih mulia daripada ratu
Kau relakan tubuhmu, sebagai pintu masuk kami ke dunia ini
Kau hancurkan egomu, demi hadirkan tawa

Dibalik derai tangis kami, kau adalah pelangi dalam jiwaku
Kau lah kehangatan, disaat aku lelap dalam pangkuanmu 


                                                 Lilin Malamku      
Karya : Mia Ayu Damayanti
Aku bertemu kembali dengan dunia itu
Gelap gulita, aku sendiri
Kakiku ragu ‘tuk melangkah pasti
Oh bulan aku tersesat
Mataku nyaris buta seketika
Siapapun di sana, tolong aku!
Suaraku lantang memecah kesunyian malam
Namun seluruh kota mendadak tuli

Siapa engkau sebenarnya?
Kini aku berdiri di hadapan wanita tua
Aku masih mencoba mengingat setiap jengkal dari wajahnya
Entah sudah berapa masa lamanya aku terlena
Ibu, maafkanlah..
Ketika tubuhmu tak lagi berjalan tegap
Kau masih berusaha menuntunku keluar dari tebing berliku
Melewati jalan berbatu
Ketika kau sendiri tak sanggup menopang tubuhmu
Kau berikan bahumu untuk ku sandari
Dalam senyum kau sembunyikan pilu

Aku hanyut dalam duniaku
Kini ku mengerti
Tiada samudera seluas kasih sucimu
Tiada detik lebih berharga
Selain setiap detik berada di pangkuanmu
Ibu..
Aku berlindung dalam doa di ujung salammu
Engkau mentari dalam gelapku
Engkau lilin penerang malamku yang kelam

Tangisan Emak
Karya : Muslifah
Dalam suasana yang sunyi kau mulai berpikir akan anakmu
Kau bersembunyi dengan tetesan air matamu
Menahan rasa amarahmu dengan senyuman manis dihadapanku
Seolah-olah sesuatu yang terjadi telah hilang diterpa angin biru

Tangisanmu membuatku paham akan tujuan hidup sebenarnya
Tangisanmu menjadi rambu rambu dalam setiap langkah kaki ku
Tangisanmu membuatku semakin gentar dalam merajut asa
Tangisanmu menjadi dasar kekuatan dalam kekuranganku

Jangan biarkan air matamu terbuang karena perangaiku
Jangan khawatir akan aku tak bisa menjaga nama baikmu
Jangan biarkan air matamu terbuang karena lisanku
Jangan khawatir akan aku tak bisa menjaga kesabaranmu

Akan ku buat bangga kau dengan pengorbananmu
Pengorbanan yang tidak ternilai harga jualnya
Akan ku kenalkan pada seluruh alam semesta akan rasa sayangmu
Rasa yang tidak sebanding dengan manisnya rasa gula

Lembar Rasa Dalam Aksara
Karya : Mutiara Amelia
Ketika jiwa bahagia dan raga tak bisa mengungkapkannya
Dalam lembar ini aksara kutuliskan
Menyalurkan segala kebahagiaan yang tiada tara
Menerpa hati yang menghangat karena senyuman

Dan ketika jiwa ini berduka namun raga menutupinya
Pada lembar ini kesedihan kuutarakan
Aksara aksara dari dalam hati
Mengisi setiap lembar putih tak terisi

Ketika angan angan berada di awang
Tapi kenyataan tak mampu meraih
Hanya pada aksara yang dapat mewujudkannya
Menyampaikan keinginan yang tak sampai

Lembaran lembaran itu milikku
Dimana aku bisa menjadi apapun yang kumau
Menulis rasa yang tak bisa kusampaikan
Menembus suka duka dalam aksara

Kasih
Karya : Ni’mathul Khurotan Achyuni Arsy
Saat aku sadar
Kau tak lagi menyandar
Aku selalu berpikir
Akankah bidadari disana sabar

Saat pagi menyuguhkan embun
Pipiku selalu basah oleh tangisan
Aku selalu sibuk merindukan
Kau yang tak mungkin lagi ada dalam genggaman

Malam itu, ku kira mimpi
Hingga pagi datang menjelaskan
Bahwa raga mu telah jauh pergi
Tapi percayalah, hatimu akan terus ku simpan

Malaikat Tanpa Sayap
Karya : Niswatul Mu’arifah
Pada lipatan waktu yang lalu
Entah sejak kapan dan seberapa lama itu
Sebuah tengah merindu
Akan datang nya malaikat kecil penenang qalbu

Suara tangisan yang begitu lucu
Selalu terbayang bagi seorang  ibu
Hingga akhirnya
Sebuah senyum berayun haru
Dan air mata surga itu
Menetes membasahi wajah ibu

Beruntungnya menjadi yang pertama
Mendapat seluruh kasih sayangnya
Pelukan hangat tubuhnya
Serta cium olehnya

Perempuan berwajah sendu
Yang memberiku beribu ruang teduh itu
Itulah ibu

Ciptaan terhebat tuhan
Yang memberiku cinta
Tanpa memandang waktunya
Ketulusan itu kurasakan dengan amat
Dibalik doa-doa yang teramat dahsyat



Terima Kasih Penyempurnaku
Karya : Putri Nahrul Hayah Cahyani Dewi
‘Terima Kasih’
Adalah kata yang selalu ku ucapkan ketika mengingat kalian sahabat
Kata yang tak hentinya ku ucapakn pada sang pencipta
Karena telah menyatukan kita dalam satu ikatan
Yang ku sebut Persahabatan….

Perbedaan dalam persahabatan ini tidak mejadikan kita jauh
Namun,menjadikan kita Satu
Saling melengkapi dan memahami satu sama lain
Menjadi kunci kuatnya persahabatan ini

Tak saling mengenal,awalnya
Enggan berpisah,akhirnya
Terima kasih ketidaksengajaan
Ku harap bukan kesengajaan yang memisahkan

Tetaplah seperti ini sahabat
Melewati masa gelap dan terang  bersama
Saling mngeratkan genggaman
Untuk bersama meraih cita

Bersyukur bisa dimiliki dan memiliki kalian sahabat tercinta
Tetap menjadi yang terbaik dan terhebat
Terima Kasih penyempurna masa awal SMA
Dan sampai akhir…


Senyum Indahmu
Karya : Rangga Hadi Firmansyah
Senyumu begitu manis
Membuatku tak nyenyak tidur
Namun apalah dayaku
Diriku hanyalah penikmat senyumu
Bukan pencipta apalagi pemillik

Senja Dikala Sore Itu
Karya : Rifaldy Adinandra Ferdiansyah
Senyumku menatap senja ini,
reriuh daun-daun mengiringi
Tidakkah kau melihat saat-saat yang begitu indah

Larut mulai datang
Saat jangkrik mengerik indah dan mentari mulai padam
menjadi kenangan rindu yang tak terlupakan

Selamat datang malamku,
Selamat jalan rinduku,
Hanya itu yang selalu ku ucap
Saat senja berlalu dari langitku


Keinginan
Karya : Rizq Ahmad Fadhila
Mengenalmu adalah suatu anugrah
Melihatmu menangis adalah suatu masalah
Bertemu denganmu adalah kebahagiaan untukku

Ada satu hal yang menyiksa bagiku !
Hal itu adalah ketika melihat adanya kesedihan diwajahmu

Ingin rasanya ku untuk bisa menghapus  kesedihan itu
Tapi apalah daya,
Diriku hanya seorang pecundang
Yang tak tahu cara untuk bisa mendekatimu


Senja
Karya : Salma Azzahra
Senja menyapa di sore hari
Dengan senyuman khasnya yang terpatri
 Rasa nyaman di hati langsung melambung tinggi
Kau membuatku ikut tersenyum sesederhana ini
Aku juga tak mengerti
Kenapa bisa seaneh ini
Tapi, pada akhirnya aku ingin senyum itu jangan pergi
Seteduh Rindu
Karya : Seteva Oftafiyani
Seteduh rindu tertuang untuk mu
Seakan tirai masalah bagiku
karna kau, selalu menyelubungi kalbu
membujuk jiwa, supaya hanyut dalam badai cinta

Sebuah keresahan tersendiri
karna nama mu
masih tersembunyi abadi
dalam rahasia, hatiku memuja

Membelakangi Matahari
Karya : Silfi Ekawati Lukiana
Aku menangkap sebuah sepi
Berada dalam poles wajahmu
Menghilangkan semua keindahan
Dan menaburkan kesunyian
Ah,mungkinkah  ini rindu?

Kini aku dalam sudut gelap
Sudut dimana wajahmu terlihat jelas
Sebuah kepengantar jiwa
Aku terlalu sombong
Untuk membuat belenggu
Sedang wajahmu terlalu hilang dalam angan
Kasih yang kau cari bukan sekedar pengisi mimpi

Mawarku
Coba engkau buktikan
Sesuatu yang kau cari
Adalah pelangi hati

Sajak Rindu
Karya : Vionika Kurnia Arini
Aku mengagumi waktu yang terus berjalan
Berharap akan kutemui dirimu esok
Tapi bertemu tak akan semudah itu
Mengingat lama dan kemana pergimu
Percaya saja bahwa yang pergi akan pulang kembali
Hanya perlu tidur untuk menuntaskan rindu dalam mimpi
Dihadapan jarak kau menjelma sebagai rindu
Untuk sekedar bertatap saja perlu menunggu
Apalagi bersapa kemudian mengungkap rasa
Kurayu malam agar desir angin menyemangati
Aku menantikan temu
Berbicara banyak hal denganmu
Tanpa batasan jarak yang beribu-ribu
Dan kepadamu yang menyuguhkan beratnya rindu,
Ku tulis sajak ini untukmu


Salam Rindu Dari Anak Rantauan
Karya : Wafiq Isna Ahsani
Saat terpisah oleh jarak
Rasa ini kian semerbak
Rindu ini kian membludak
Jarak dan waktu memisahkan kita
Karena harus rela berpisah demi sebuah cita
Denganmu yang sedang berada jauh dariku...
Saat kupandang taburan bintang di langit malam
Saat itu pula kutahan rindu yang amat mendalam
Karena kuyakin kau juga sedang memandang langit yang sama denganku
Yang juga sama-sama menahan perasaan yang menngebu-gebu
Karena langit ini akan semakin indah saat aku melihat nya bersamamu
Hanya satu yang aku tunggu...
Hanyalah dapat segera berjumpa denganmu

Malaikat Tanpa Syarat
Karya : Yustina Dwi Nastiti
Kau titipkan makna dibalik sebuah luka
Kau hadirkan bahagia dibalik setiap perjuanganmu
Tak seorang pun yang ingkar akan baikmu
Tak seorang pun mampu menjelaskan cintanya padamu

Kau hadir tanpa seorang pun yang meminta
Kau berjuang bahkan sampai akhir
Mengacuhkan semua pilu
Memberikan semua kebahagiannmu
Untukku..Untuk Ananda mu..
Tanpa syarat tanpa pamrih

Guru
Karya : Zada Evania
Pagi telah tiba
Membawa senjata kebanggaan ditangannya
Lelaki perempuan tak memandang
Guru tanpa tanda jasa
Ia rela mengabdi
Demi mencerdaskan anak bangsa

Tak mengenal lelah
Mengajari, membimbing, mendidik muridnya
Hari demi hari telah ia lewati
Dan pengabdiannya membuahkan hasil
Dalam hatinya pun tersenyum girang


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anekdot Individu 2

Anekdot Individu

Puisi Tema 2