Anekdot Individu
|
1.
Peternak Lebah ala Gus Dur
Saat Presiden Abdurrahman Wahid menjabat, Departemen
Kehutanan dan Perkebunan (Dephutbun) tidak henti didemo. Setiap hari ada saja
kelompok yang berdemonstrasi di departemen yang saat itu dipimpin Nur Mahmudi
Ismail. Tuntutan mereka sama, yang mendeseak pembatalan pengangkatan Sutjipto
sebagai Sekjen Dephutbun. "Sutjipto terlalu tua, copot saja!"
teriak salah satu pendemo. "Sutjipto bukan pejabat karir, berikan saja
jabatan itu kepada orang dalam!" pekik yang lain. "Pengangkatan
Sutjipto berbau KKN, copot saja," bunyi tulisan sebuah poster yang
diacungkan. Rentetan demonstrasi yang sempat melumpuhkan sebagian kegiatan
Dephutbun itu. Pasalnya, tidak sedikit karyawan yang ikutan berdemo, yang
pada akhirnya menyerempet posisi Menteri Nur Mahmudi sendiri. Tapi Presiden
berkeras supaya Sutjipto dipertahankan. Dalam suasana seperti itulah cucu KH
Hasyim Asy'ari itu, melantik pengurus Perhimpunan Peternak Lebah di Jakarta
akhir Maret 2000. Dalam pidatonya, Gus Dur antara lain memaparkan mengenai
kondisi peternakan lebah terkini. "Kita ini setiap tahun masih mengimpor
350 ribu ton lebah dari luar negeri," tutur dia. "Lah, orang-orang
yang berdemo itu, daripada mendemo menterinya mbok lebih baik beternak lebah,
supaya kita tidak mengimpor lagi!" pinta Gus Dur. (rhs) mendesak,
teriak, melumpuhkan, melantik, memaparkan, mengimpor
1. Struktur
2.
Unsur Kebahasaan
3.
Makna Tersirat
Teks anekdot “PeternakLebahala GusDur” menyampaikan
tentang sebagai bangsa Indonesia jangan hanya bisa
mengkritik ataupun menghakimi orang lain, seharusnya dapat bertindak dengan
kesadaran diri agar Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
|
02.Fenomena
'Gila' Gus Dur
Konon, guyonan mantan
Presiden Abdurrahman Wahid
selalu ditunggu tunggu oleh banyak kalangan,
termasuk presiden dari berbagai negara.
Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa. Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), momentum tersebut dinilai sangat bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak. "Kenapa?" tanya Gus Dur. "Sebab sampeyan sudah membuat Raja ketawa sampai giginya kelihatan.Barukali
ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus Dur. Melekatnya predikat humoris pada Presiden RI yang keempat itu pun sempat membuat Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz penasaran. Suatu ketika, keduanya berkesempatan bertemu. Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya. Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu terkenal dengan fenomena 'gila',". Fidel Castro pun menyimak pernyataan mengagetkan tersebut. "Presiden pertama dikenal dengan gila wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian terdiam sejenak. Fidel Castro pun semakin serius mendengarkan lanjutan cerita. "Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur. Fidel Castro pun diceritakan terpingkalpingkal mendengar dagelan tersebut.
Analisis
Struktur, Unsur Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot “Fenomena ‘Gila’ Gus Dur”
1.
Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis,
reaksi, dan koda sudah ada didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
2.Unsur
Kebahasaan
Berikut analisis unsur kebahasaan teks anekdot “Fenomena
‘Gila” Gus Dur”
3.Makna
Tersirat
Saat
itu, Gus Dur bercerita soal empat orang yang pernah menjadi Presiden di
Indonesia punya masalah gila. Presiden pertama, Soekarno disebut gila wanita.
Presiden kedua, Soeharto, disebut gila harta. Presiden ketiga, BJ Habibie
disebut gila sungguhan. Keempat, yakni Gus Dur menyebut dirinya yang membuat
orang lain gila atau yang memilih yang gila.
|
|
03.Cerita
Gus Dur Soal Naik Kereta
Setelah mendapat larangan dari
dokternya untuk
tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat untuk berpergian
jauh menggunakan kereta api."Anda mau pergi naik kerata api Gus? Memangnya Anda pikir bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?"
ledek si dokter."Anda
jangan meremehkan, kereta itu cepet banget
loh!" jawab mantan Presiden RI ke-4 itu."Kereta api mana yang bisa
menandingi kecepatan
pesawat terbang?" tanya dokter."Oho.. Anda jangan salah. Semua
kereta api bisa
lebih cepat dari pesawat," kilah pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 ini."Anda mimpi
kali. Semua orang juga tahu kalau
pesawat itu jelas lebih cepat dibandingkan kereta api," cecar sang
dokter."Wah, Anda salah. Memang sekarang ini pesawat lebih cepat. Tapi itu karena
kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta api nanti sudah bisa berdiri dan bisa
lari.Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari pesawat," jawab Gus Dur,
disambut wajah kecut sang dokter. (rhs)
Analisis
Struktur, Unsur Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot “Cerita Gus Dur Soal Naik Kereta”
1.
Struktur
Struktur teks
anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda
sudah ada didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
2.
Unsur Kebahasaan
Berikut analisis unsur
kebahasaan teks anekdot “Sebuah Kejanggalan”
3.
MaknaTersirat
Dari
kutipan anekdot gus dur di atas adalah perdebatan seorang dokter dan gus dur
mengenai kecepatan antara kereta dan pesawat terbang dokter dan gus dur mengenai kecepatan antara kereta
dan pesawat terbang.
|
|
04.Obrolan Para Presiden
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus
Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali
ini dia mengundang Presiden AS dan
Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia.
Boleh dong, emangnya AS dan
Perancis aja yg punya pesawat
kepresidenan. Seperti biasa...
setiap presiden selalu ingin memamerkan
apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama presiden Amerika, Clinton
mengeluarkan tangannya dan sesaat
kemudian dia berkata: "Wah kita sedang
berada di Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok
bisa
tau sih?"
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab
Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques
Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar.
"Tau nggak... kita sedang berada di atas
kota Paris!", katanya dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau
juga?"
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut
presiden Perancis tersebut.
Karena disombongin sama Clinton dan
Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan
tangannya keluar pesawat...atas New York!"
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah
Abang!!!", teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan
Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan
nggak bisa ngeliat.
"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus
Dur kalem.
Analisis Struktur, Kebahasaan,
dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Obrolan Para Presiden”
1. Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai
berikut.
2.
Unsur Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Obrolan
Para Presiden”.
3.Makna Tersirat
Teks anekdot “Obrolan Para Presiden” adalah menceritakan tentang para prsiden yang
memamerkan apa saja yang ada di Negrinya masing-masing.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
5.
Sate Babi
Suatu ketika gus dur dan
ajudannya terlibat percakapan serius. kemudian mereka bertemu di suatu tempat
yang ramai dan banyak makanannya yaitu di restoran dan Mereka berdua sedang membicarakan tentang makanan yang
haram. Ajudannya bertanya tentang makanan yang paling haram.
Ajudan: Gus, menurut anda
makanan apa yang haram?
Gus Dur: Babi
Ajudan: yang lebih haram
lagi
Gus Dur: Mmm... babi
mengandung babi!
Ajudan: yang paling haram
Gus Dur: Mmm... nggg...
babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!
Analisis
Struktur, Kebahasaan,dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Sate Babi”
- Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap.
Abstraksi, orientaasi, krisis, reaksi, koda sudah ada di dalam teks. Buktinya
adalah sebagai berikut.
|
Struktur
|
Teks
|
|
Abstraksi
|
Suatu ketika gus dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
|
|
Orientasi
|
Mereka bertemu di suatu tempat yang ramai dan banyak makanannya yaitu di
restoran dan mereka berdua sedang membicarakan tentang makanan yang haram.
|
|
Krisis
|
Ajudan: yang lebih haram lagi
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Ajudan: yang paling haram
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat
sate babi
|
|
Reaksi
|
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Ajudan: yang paling haram
|
|
Koda
|
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat
sate babi!
|
- Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Sate
Babi”
|
Unsur kebahasaan
|
Teks
|
|
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
|
Suatu ketika gus dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
|
|
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab akibat
|
kemudian mereka bertemu di suatu tempat yang ramai dan banyak makanannya
yaitu di restoran dan Mereka berdua
sedang membicarakan tentang makanan yang haram.
|
|
Penggunaan kata kerja aksi
|
Mereka berdua sedang membicarakan
tentang makanan yang haram.
|
|
Kalimat retoris
|
Ajudan: Gus, menurut anda makanan apa yang haram?
|
|
Kalimat perintah
|
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat
sate babi!
|
|
Kalimat seru
|
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat
sate babi!
|
- Makna Tersirat
Teks anekdot yang berjudul SATE BABI : menyatakan
tentang makanan yang sehat belum tentu halal.
06.Gus Dur Diplintir Media
Gus Dur,
dalam satu acara peluncuran biografinya. Dia menceritakan tentang kutipan media
massa atas berbagai peryataan yang pernah dikeluarkanya.
Dia
mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatara Utara ditanya soal peryataan Menteri
Sosial Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia. Dia
mengatakan “pada saatnya nanti akan mengajarkan demokratisi di
Singapura.” Lalu, sambungnya di media massa mengatakan bahwa, dia akan
melakukan demo di Singapura.
“walah.....
walah, gitu aja kok repot!”
Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna
Tersirat Teks Anekdot “Gus Dur Diplintir Media
1. Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah
lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam
teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
|
Struktur
|
Teks
|
|
Abstraksi
|
Gus Dur, dalam satu acara peluncuran
biografinya.
|
|
Orientasi
|
Dia
menceritakan tentang kutipan media massa atas berbagai peryataan yang pernah
dikeluarkanya.
|
|
Krisis
|
Dia
mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatara Utara ditanya soal peryataan
Menteri Sosial Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia.
|
|
Reaksi
|
Dia
mengatakan “pada saatnya nanti akan
mengajarkan demokratisi di Singapura.” Lalu, sambungnya di media massa
mengatakan bahwa, dia akan melakukan demo di Singapura.
|
|
Koda
|
“walah..... walah, gitu
aja kok repot!”
|
2. Unsur Kebahasaan
Berikut analisis
kebahasaan teks anekdot ”Gus Dur Diplintir Media”
|
Ciri
Kebahasaan Anekdot
|
|
|
Kalimat
yang menyatakan peristiwa masa lalu
|
Gus Dur, dalam satu acara peluncuran
biografinya.
|
|
Konjungsiyang
menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
|
Dia
mengatakan “pada saatnya nanti akan
mengajarkan demokratisi di Singapura.” Lalu,sambungnya di media massa
mengatakan bahwa, dia akan melakukan demo di Singapura.
|
|
Penggunaan
kata kerja aksi
|
1) Dia menceritakantentang
kutipan media massa atas berbagai peryataan yang pernah
dikeluarkanya.
2) Dia mencontohkan,
ketika berkunjung ke Sumatara Utara
|
|
Kalimat
retoris
|
Gitu
aja kok repot!
|
|
Kalimat
perintah
|
-
|
|
Kalimat
seru
|
Walah.....
walah.
|
3. Makna Tersirat
Teks anekdot”Gus Dur Diplintir Media” menyampaikan tentang
“Aggapan bangsa lain terhadap masalah terorisme di Indonesia” /menyoroti masalah “Peryataan Menteri
Sosial Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di
Indonesia.”/mengkritisi masalah “Anggapan miring bangsa lain terhadap masalah
terorisme di Indonesia.”
7. Kuli dan Kyai
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah
Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut
barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu
terlibat percekcokan
serius dalam bahasa Arab.
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut
spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu
menghampiri mereka: "Lho kenapa Anda berkerumun di sini?"
"Mereka terlihat sangat fasih berdoa,
apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai."(//ahm)
Analisis Struktur, Unsur Kebahsaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot “KULI DAN KYAI”
1. Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap.
Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada dalam teks. Buktinya
adalah sebagai berikut.
|
Struktur
|
Teks
|
|
Abstraksi
|
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di
bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi.
|
|
Orientasi
|
Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan
untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa.
|
|
Krisis
|
Akibatnya dua orang diantara kuli-kuli itu
terlibat percekcokan dua belas serius dalam bahasa arab.
|
|
Reaksi
|
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut
spontan merubung merekka sambil beucap : amin,amin,amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu
menghampiri mereka :’ lho kenapa anda berkerumun disini?”
|
|
Koda
|
‘mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi
pakai surban, mereka itu pasti kyai.”
|
2. Unsur Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Kuli dan Kyai”
|
No.
|
Ciri Kebahasaan Anekdot
|
|
|
1.
|
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
|
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di
bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi.
|
|
2.
|
Kojungsi yang menyatakan hubungan waktu atau
sebab-akibat
|
Akibatnya dua orang diantara kuli-kuli itu terlibat percekcokan
dua belas serius dalam bahasa arab.
|
|
3.
|
Penggunaan kata kerja aksi
|
Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya dua orang
diantara kuli-kuli itu terlibat percekcokan.
|
|
4.
|
Kalimat retoris
|
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu
menghampiri mereka :’ lho kenapa anda berkerumun disini?”
|
|
5.
|
Kalimat perintah
|
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut
spontan merubung merekka sambil beucap : amin,amin,amin!
|
|
6.
|
Kalimat seru
|
‘mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi
pakai surban, mereka itu pasti kyai.”
|
3. Makna Tersirat
Teks anekdot “Kuli dan Kyai” menyampaikan tentang
masyarakat yang memakai surban atau mahir berdoa serta mahir berbahasa Arab
belum tentu agamanya baik dan sifat serta perilaku yang dimilikinya baik.
|
8. Kaum Almarhum
Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya
pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia
memang percaya, sebab
Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh
membela "ideologi"nya itu.
Padahal hal
tersebut sering membuat repot para koleganya.
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya
kenapa Gus Dur sering
berziarah ke makam para ulama dan leluhur.
"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka
yang mati itu sudah tidak punya
kepentingan lagi." Katanya.
Analisis Struktur, Kebahasaan, dan
Makna Tersirat Teks Anekdot “Kaum Almarhum”
1. Struktur
Struktur teks
anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda
sudah ada didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
2. Unsur
Kebahasaan
Berikut analisis unsur kebahasaan
teks anekdot “Kaum Almarhum”
3. Makna
Tersirat
Teks
anekdot “ Kaum Almarhum ”
menyampaikan tentang kita seharusnya
jangan memercayai isyarat pada makam - makam leluhur, dan kita harus memiliki ideologi yang kuat untuk memercayai hal - hal tersebut.
|
9. Pengalaman Gus Dur Naik Haji
Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru. Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi seorang persiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta pertunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko. Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko. Beberapa kali batu yang dilemparkannya selalu berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut. Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri,mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden. Namun, sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manusia, sesama setan jangan saling lempar."
Analisis Struktur,
Kebahasaan dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Pengalaman Gus Dur Naik Haji”
1. Struktur
Struktur teks anekdot di
atas tidak lengkap karena tidak terdapat reaksi dan koda. Agar menjadi anekdot
yang baik, teks di atas dapat ditambahkan struktur baru. Misalnya saja sebagai
berikut.
|
No.
|
Struktur
|
Teks
|
|
1.
|
Abstraksi
|
Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita,
khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di
masa pemerintah Orde Baru.
|
|
2.
|
Orientasi
|
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk
berhaji. Karena yang pergi seorang presiden, tentu sejumlah menteri harus
ikut mendampingi. Salah satunya "peminta petunjuk" yang paling
rajin, Menteri Penerangan Harmoko.
Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan
Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan
cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah,
terutama bagi Harmoko.
|
|
3.
|
Krisis
|
Beberapa kali batu yang dilemparkannya selau berbalik
menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dur
menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut.
Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu
yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah
tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke
kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah
ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden.
Namun, sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut
mendengar bisikan "Hai manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
|
|
4.
|
Reaksi
|
“Astaga!” kagetnya dalam hati. Setelah mendengar
bisikan tersebut, ia berhenti sejenak dan berpikir-pikir. “Sesama setan
jangan saling lempar?” katanya dalam hati. Setelah itu ia baru sadar kalau ia
telah tersindir dengan bisikan tersebut.
|
|
5.
|
Koda
|
Harmoko langsung mengurungkan niatnya untuk menghampiri
Soeharto. Dan ia pun hanya diam tidak menyampaikan bisikan tersebut ke
Soeharto dan melanjutkan ritual selanjutnya.
|
2. Kebahasaan
Berikut analisis
kebahasaan teks anekdot “Pengalaman
Gus Dur Naik Haji”
|
No.
|
Ciri Kebahasaan Anekdot
|
Contoh Kalimat
|
|
1.
|
Kalimat yang menyatakan masa lalu
|
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji.
|
|
2.
|
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
|
Lalu Harmoko pindah posisi.
|
|
3.
|
Penggunaan kata kerja aksi
|
Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden
untuk "minta petunjuk".
|
|
4.
|
Kalimat retoris
|
“Sesama setan jangan saling lempar?” katanya dalam hati.
|
|
5.
|
Kalimat perintah
|
"Hai manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
|
|
6.
|
Kalimat seru
|
“Astaga!”
|
3. Makna
Tersirat
Teks anekdot “Obrolan
Para Presiden” menyampaikan tentang sindiran kepada Harmoko yang menjadi orang
dekat Presiden Soeharto yang kemudian berkhianat dengan menginginkan Soeharto
untuk turun dari jabatannya yaitu presiden. Kalimat “Hai manusia, sesama
setan jangan saling lempar!” memiliki arti yaitu Harmoko diibaratkan
setan karena telah berkhianat.
9. Pengalaman Gus Dur Naik Haji
Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru. Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi seorang persiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta pertunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko. Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko. Beberapa kali batu yang dilemparkannya selalu berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut. Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri,mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden. Namun, sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manusia, sesama setan jangan saling lempar."
Analisis Struktur, Kebahasaan dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Pengalaman
Gus Dur Naik Haji”
1. Struktur
Struktur teks anekdot di atas tidak lengkap karena tidak terdapat reaksi
dan koda. Agar menjadi anekdot yang baik, teks di atas dapat ditambahkan
struktur baru. Misalnya saja sebagai berikut.
|
No.
|
Struktur
|
Teks
|
|
1.
|
Abstraksi
|
Gus Dur
seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran
politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru.
|
|
2.
|
Orientasi
|
Suatu kali
Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pergi
seorang presiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah
satunya "peminta petunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan
Harmoko.
Setelah
melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah,
yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang
mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko.
|
|
3.
|
Krisis
|
Beberapa
kali batu yang dilemparkannya selau berbalik menghantam jidatnya. "Wah
kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dur menuturkan pernyataan Harmoko
yang saat itu tampak gemetar karena takut.
Lalu Harmoko
pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang
melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu
sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden
untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia
tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden.
Namun,
sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai
manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
|
|
4.
|
Reaksi
|
“Astaga!”
kagetnya dalam hati. Setelah mendengar bisikan tersebut, ia berhenti sejenak
dan berpikir-pikir. “Sesama setan jangan saling lempar?” katanya dalam hati.
Setelah itu ia baru sadar kalau ia telah tersindir dengan bisikan tersebut.
|
|
5.
|
Koda
|
Harmoko
langsung mengurungkan niatnya untuk menghampiri Soeharto. Dan ia pun hanya
diam tidak menyampaikan bisikan tersebut ke Soeharto dan melanjutkan ritual
selanjutnya.
|
2. Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Pengalaman Gus
Dur Naik Haji”
|
No.
|
Ciri Kebahasaan Anekdot
|
Contoh Kalimat
|
|
1.
|
Kalimat yang menyatakan masa
lalu
|
Suatu kali Presiden Soeharto
berangkat ke Mekkah untuk berhaji.
|
|
2.
|
Konjungsi yang menyatakan
hubungan waktu atau sebab-akibat
|
Lalu Harmoko pindah posisi.
|
|
3.
|
Penggunaan kata kerja aksi
|
Harmoko pun menoleh ke kanan
dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk".
|
|
4.
|
Kalimat retoris
|
“Sesama setan jangan saling
lempar?” katanya dalam hati.
|
|
5.
|
Kalimat perintah
|
"Hai manuia, sesama
setan jangan saling lempar!"
|
|
6.
|
Kalimat seru
|
“Astaga!”
|
3. Makna Tersirat
Teks anekdot “Obrolan Para Presiden” menyampaikan tentang sindiran kepada
Harmoko yang menjadi orang dekat Presiden Soeharto yang kemudian berkhianat
dengan menginginkan Soeharto untuk turun dari jabatannya yaitu presiden.
Kalimat “Hai manusia, sesama setan jangan saling lempar!” memiliki
arti yaitu Harmoko diibaratkan setan karena telah berkhianat.
|
10. Cuma Takut Tiga Roda
Suatu hari,saat Abdurrahman wahid menjabat sebagai
presiden RI,ada pembicaraan serius. Pembicaraan bertopik isu terhangat
dilakukan selesai menghadiri sebuah rapat di Istana Negara.
Diketahui,pembicaraan itu mengenai wabah demam berdarah
yang kala itu melanda kota Jakarta. Gus dur pur sibuk membicang-bincangkan
penyakit mematikan tersebut.
“menurut anda,mengapa demam berdarah semakin marak di
Jakarta pak?” tanya seorang menterinya
“ya karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso melarang
bemo,becak,dan sebentar lagi bajaj dilarang beredar di Jakarta ini. padahal
kan nyamuk sini Cuma takut sama
tiga roda...!”
Analisis Struktur, Kebahasaan,
dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Cuma takut tiga roda”
1.Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai
berikut.
2.Unsur
Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Cuma Takut Tiga Roda”
3.Makna Tersirat
Teks anekdot “Cuma Takut Sama Tiga Roda” adalah
menceritakan tentang wabah demam berdarah yang terjadi di Ibukota Jakarta
bukan hanya karena kendaraan roda tiga,namun juga karena kurang pedulinya
masyarakat akan kebersihan lingkungan.
|
12.
Airport Abdurrahman Wahid
Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan
mendarat di Bandara Abdurrahman saleh. Ini mengingatkan dia pada peristiwa
belasan taun silam, ketika dia mendarat di bandara yang sma dari Jakarta, saat
masih ada penerbangan reguler dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Malang. Waktu
Gus Dur bersama antara lain Almarhum Jaksa Agung Sukarton Marmosujono.
Sebagaimana alazimnya untuk rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh
pasukan Banser NU. Ketika rombongan sudah berangkat ke Selorejo, sekitar 60
kilometer dari Bandara, petugas Banser melapor pada poskonya melalui handy
talky.
“halo, halo, rojer,”
kata Mas Banser. “lapor: Abdurrahman Saleh sudah mendarat di airport
Abdurrahman Wahid!”
Yah, kebalik. (mbs)
1.
Struktur
Struktur
teks anekdot di atas sudah elngkap. Abstraksi, orientasi, krisi, reaksi, dan
kodasudah didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
|
Struktur
|
Teks
|
|
Abstraksi
|
Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat
ke Malang, dan mendarat ke Bandara Abdurrahman Saleh.
|
|
Orientasi
|
mengingatkan dia pada peristiwa
belasan tahun silam, ketika dia medarat di bandara yang sama dari Jakarta,
saat masih ada penerbangan reguler ke Bandara Halim Perdanakusuma ke Malang.
|
|
Krisis
|
waktu itu Gus Dur bersama antara lain
Almarhum Jaksa Agung Sukarton Marmosujono. Sebagaimana lazimnya untuk
rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh pasukan Banser NU.
|
|
Reaksi
|
ketika rombongn sudah berangkat ke
Selorejo, sekitar 60 kilometer dari Bandara, petugas Banser melapor pada
poskonya melalui handy talky.
|
|
Koda
|
halo, halo, rojer,” kata Mas Banser.
“Lapor: Abdurrahman Saleh sudah mendapat di airport Abdurrahman wahid!”
|
2.
Kebahasaan
Berikut
analisiskebahasaan teks anekdot “ airport Abdurrahman Wahid “.
|
No.
|
Ciri
kebahasaan anekdot
|
|
|
1.
|
Kalimat
yang menyatakan masa lalu
|
pada
akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan mendarat di bandara
Abdurrahman Saleh
|
|
2.
|
Konjungsi
yang menyatakan hubungan waktu atau sebab akibat
|
pada,
saat.
|
|
3.
|
Penggunaan
kata kerja aksi
|
mendarat,
melapor.
|
|
4.
|
Kalimat
retoris
|
-
|
|
5.
|
Kalimat
perintah
|
-
|
|
6.
|
Kalimat
seru
|
-
|
Makna Tersirat: -
|
13. Buto Cakil
Pembayar Demonstran?
Punakawan
selalu digambarkan sebagai kstaria. Musuhnya jelek-jelek semua, misalnya Buto
Cakil. Punakawan sering diculik, dibawa berpindah dari satu tempat ke tempat
lain. Tapi, menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya serba tak jelas. Perilaku
kesatria pun tak jelas. Yang jadi Punakawan pun tak jelas. Yang disebut
istana pun tak jelas. Sebab saat ini masih banyak istana, ada yang di
Cendana, ada yang di sana, pokoknya di mana-mana.
"Supaya
rakyat tentram, mbok ya (para elite politik) itu kalau berantem caranya yang
cerdas lah. Rakyat seperti kita ini kan juga perlu tahu. Bukan begitu,
Gus?"
"Sebelum
tahu istananya, harus tahu dulu siapa demonstrannya," jawab Gus
Dur."Ya sebelum tahu demonstrannya, harus tahu dulu siapa yang
membayari."
Analisis Struktur, Kebahasaan,
dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Buto Cakil Pembayar Demonstran”
1.
Struktur
Struktur teks anekdot di atas belum
lengkap. Buktinya adalah sebagai berikut:
2.
Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks
anekdot “Buto Cakil Pembayar Demonstran”
|
3.Makna Tersirat
14. Tukang Santet Jakarta
Main hakim sendiri seakan
sudah dianggap normal oleh masyarakat kita. Pelakunya bukan cuma rakyat biasa,
tapi sering justru aparat yang berwenang. Paling tidak penghakiman dilakukan di
depan aparat. Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredelan pernah
"menghitamkan" beberapa halamannyla sebagai tanda prihatin. Para
pembaca Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur
termasuk yang heran dan menduga-duga.
"Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti
itu?" tanya Gus Dur dalam "kuis imajiner"nya.
"Karena reportase soal tukang santet dan
bromocorah Jember."
"Siapakah yang
memerintahkan penghitaman itu?"
"Tukang santet dan bromocorah
Jakarta."(mbs)
Analisis Struktur, Unsur Kebahsaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot “Tukang Santet Jakarta”
1. Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap.
Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada dalam teks. Buktinya
adalah sebagai berikut.
|
Struktur
|
Teks
|
|
Abstraksi
|
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal
oleh masyarakat kita.
|
|
Orientasi
|
Pelakunya bukan cuma rakyat biasa, tapi sering
justru aparat yang berwenang.
|
|
Krisis
|
Paling tidak penghakiman dilakukan di depan
aparat. Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredalan pernah
“menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
|
|
Reaksi
|
Para pembaca Tempo tentu kaget dan heran.
Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur termasuk yang heran dan
menduga-duga. “Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?” tanya Gus Dur
dalam “kuis imajiner”-nya.
|
|
Koda
|
“Karena reportase soal tukang santet dan
bromocorah Jember.”
“Gila
Siapakah yang
memerintahkan penghitaman itu?”
“Tukang Santet dan bromocorah Jakarta.” (mbs)
|
2. Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Tukang
Santet Jakarta”
|
No.
|
Ciri Kebahasaan Anekdot
|
|
|
1.
|
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
|
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal
oleh masyarakat kita.
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum
pembredalan pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
|
|
2.
|
Kojungsi yang menyatakan hubungan waktu atau
sebab-akibat
|
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredalan pernah “menghitamkan”
beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
|
|
3.
|
Penggunaan kata kerja aksi
|
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum
pembredalan pernah “menghitamkan”
beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga.
|
|
4.
|
Kalimat retoris
|
“Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?”
|
|
5.
|
Kalimat perintah
|
Paling tidak penghakiman dilakukan di depan
aparat.
|
|
6.
|
Kalimat seru
|
“Gila! Siapakah yang
memerintahkan penghakiman itu?”
|
3. Makna Tersirat
Teks anekdot “Tukang Santet Jakarta” mengkritisi
masalah tentang aparat yang berwenang namun mereka malah main hakim sendiri.
15. Keliling
Dunia Tidak Mati Kok!
Empat dokter ahli
menyampaikan analisis
negatif terhadap
kesehatan Gus Dur kepada
DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua
DPP Partai Golkar Agung
Laksono juga
pernah mengungkit
masalah itu. Agung,
yang juga dokter,
mengusulkan agar
Presiden Gus Dur
diperiksa oleh tim dokter
independen. Usul itu
disetujui oleh Ketua
MPR Amien Rais.
Saat Gus Dur berkunjung
ke Kairo, wartawan
pun menanyakan usulan Agung Laksono itu.
"Kalau mau tahu
soal kesehatan sata, tanya
saja sama dokter yang pernah memeriksa
saya," jawab Gus
Dur serius.
Kalau belum percaya? "Gampang saja,
saya
keliling (dunia) ini
tidak mati kok," jawab
Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
Tapi kemudian Gus Dur
bilang, "Masalah
begitu jangan tanya
sayalah. Saya sudah
malas menjawabnya.
Punya ambisi politik
saja kok sampai
begitu." (mbs)
Analisis
Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Keliling Dunia Tidak Mati Kok!”
1. Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah
lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam
teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
|
Struktur
|
Teks
|
|
Abstraksi
|
Empat dokter
ahli menyampaikan analisis
negatif
terhadap kesehatan Gus Dur kepada
DPR.
|
|
Orientasi
|
Jauh
sebelumnya, salah satu Ketua
DPP Partai
Golkar Agung Laksono juga
pernah
mengungkit masalah itu. Agung, yang juga dokter, mengusulkan agar Presiden
Gus Dur diperiksa oleh tim dokter independen. Usul itu disetujui oleh Ketua
MPR Amien Rais.
|
|
Krisis
|
Saat Gus Dur
berkunjung ke Kairo, wartawan
pun menanyakan
usulan Agung Laksono itu.
"Kalau
mau tahu soal kesehatan sata, tanya
saja sama
dokter yang pernah memeriksa
saya,"
jawab Gus Dur serius.
|
|
Reaksi
|
Kalau belum
percaya? "Gampang saja, saya
keliling
(dunia) ini tidak mati kok," jawab
Gus Dur
menekankan betapa sehatnya dia.
Tapi kemudian
Gus Dur bilang, "Masalah
begitu jangan
tanya sayalah. Saya sudah
malas
menjawabnya.
|
|
Koda
|
Punya ambisi
politik
saja kok
sampai begitu." (mbs)
|
2. Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot
“Maju aja Dituntun, Apalagi Mundur”.
|
No.
|
Ciri
Kebahasaan Anekdot
|
|
|
1.
|
Kalimat
yang menyatakan peristiwa masa lalu
|
Empat
dokter ahli menyampaikan analisis negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada
DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua DPP Partai Golkar Agung Laksono juga
pernah mengungkit masalah itu.
|
|
2.
|
Konjungsi
yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
|
Saat Gus Dur
berkunjung ke Kairo, wartawan
pun
menanyakan usulan Agung Laksono itu. Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah
begitu
jangan tanya sayalah. Punya ambisi politik saja kok sampai begitu." (mbs)
|
|
3.
|
Penggunaan
kata kerja aksi
|
Empat
dokter ahli menyampaikan analisis
negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada DPR. Agung, yang juga dokter,mengusulkan agar Presiden Gus
Dur diperiksa oleh tim dokter independen. Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo,
wartawan pun menanyakan usulan
Agung Laksono itu. "Kalau mau tahu soal kesehatan sata, tanya saja sama
dokter yang pernah memeriksa saya,"
jawab Gus Dur serius. "Gampang saja, saya keliling (dunia) ini tidak
mati kok," jawab Gus Dur menekankan
betapa sehatnya dia. Saya sudah malas menjawabnya.
|
|
4.
|
Kalimat
retoris
|
Kalau belum percaya? "Gampang
saja, saya
keliling
(dunia) ini tidak mati kok," jawab
Gus
Dur menekankan betapa sehatnya dia.
|
|
5.
|
Kalimat
perintah
|
Tapi
kemudian Gus Dur bilang, "Masalah
begitu
jangan tanya sayalah.
|
|
6.
|
Kalimat
seru
|
"Gampang
saja, saya
keliling
(dunia) ini tidak mati kok,"
jawab Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
Punya
ambisi politik
saja
kok sampai begitu."
(mbs)
|
3. Makna
Tersirat
Teks anekdot “Keliling Dunia Tidak Mati Kok!” menyampaikan tentang bahwa menilai
orang jangan hanya dari luarnya saja atau menurut padangan dari orang lain yang
belum tentu kebenarannya atau tanpa bukti, melainkan menilai dari dalamnya
juga, buktinya bahwa dijelaskan Gusdur sedang mengelilingi dunia(berkunjung ke
Kairo) dengan keadaan baik baik saja dan tanpa ada beban masalah. Dijelaskan
juga bahwa memiliki ambisi politik kok begitu, artinya bahwa seseorang yang
telah memiliki jabatan atau kekuasaan tinggi (dokter) janganlah sombong, karena
kekuasaan atau jabatan hanyalah bersifat semata.
Komentar
Posting Komentar