Anekdot Individu




                                            1. Peternak Lebah ala Gus Dur

Saat Presiden Abdurrahman Wahid menjabat, Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Dephutbun) tidak henti didemo. Setiap hari ada saja kelompok yang berdemonstrasi di departemen yang saat itu dipimpin Nur Mahmudi Ismail. Tuntutan mereka sama, yang mendeseak pembatalan pengangkatan Sutjipto sebagai Sekjen Dephutbun. "Sutjipto terlalu tua, copot saja!" teriak salah satu pendemo. "Sutjipto bukan pejabat karir, berikan saja jabatan itu kepada orang dalam!" pekik yang lain. "Pengangkatan Sutjipto berbau KKN, copot saja," bunyi tulisan sebuah poster yang diacungkan. Rentetan demonstrasi yang sempat melumpuhkan sebagian kegiatan Dephutbun itu. Pasalnya, tidak sedikit karyawan yang ikutan berdemo, yang pada akhirnya menyerempet posisi Menteri Nur Mahmudi sendiri. Tapi Presiden berkeras supaya Sutjipto dipertahankan. Dalam suasana seperti itulah cucu KH Hasyim Asy'ari itu, melantik pengurus Perhimpunan Peternak Lebah di Jakarta akhir Maret 2000. Dalam pidatonya, Gus Dur antara lain memaparkan mengenai kondisi peternakan lebah terkini. "Kita ini setiap tahun masih mengimpor 350 ribu ton lebah dari luar negeri," tutur dia. "Lah, orang-orang yang berdemo itu, daripada mendemo menterinya mbok lebih baik beternak lebah, supaya kita tidak mengimpor lagi!" pinta Gus Dur. (rhs) mendesak, teriak, melumpuhkan, melantik, memaparkan, mengimpor

1.      Struktur

Struktur
Teks
Abstraksi
Saat Presiden Abdurrahman Wahid menjabat, Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Dephutbun) tidak henti didemo. Setiap hari ada saja kelompok yang berdemonstrasi di departemen yang saatitu dipimpin Nur Mahmudi Ismail.
Orientasi
Tuntutanmerekasama,yang mendesak pembatalan pengangkatan Sutjipto sebagai Sekjen Dephutbun.
"Sutjiptoterlalutua, copotsaja!" teriaksalah
satupendemo. "Sutjiptobukanpejabatkarir, berikan saja jabatan itu kepada orang dalam!" pekik yang lain. "Pengangkatan Sutjipto berbau KKN, copotsaja," bunyi tulisan sebuah poster yang diacungkan. Rentetan demonstrasi yang sempat melumpuhkan sebagian kegiatan Dephutbun itu. Pasalnya, tidak sedikit karyawan yang ikutan berdemo, yang pada akhirnya menyerempetposisiMenteriNurMahmudi sendiri. TapiPresidenberkerassupaya Sutjiptodipertahankan.
Krisis
Dalam suasana seperti itulah cucu KH Hasyim Asy'ari itu, melantik pengurus Perhimpunan Peternak Lebah di Jakarta akhir Maret 2000. Dalam pidatonya, Gus Dur antara lain memaparkan mengenai kondisi peternakan lebah terkini. "Kita ini setiap tahun masih mengimpor 350 ribu ton lebah dari luar negeri," tutur dia. "Lah, orang-orang yang berdemo itu, daripada mendemo menterinya mbok lebih baik beternak lebah, supaya kita tidak mengimpor lagi!" pinta Gus Dur.
Reaksi
Mendengar hal tersebut beberapa orang hanya diam karena merasa tersindir dan ada juga yang menahan tawa.
Koda
Gusdur lalu diam dan segera berlalu dari podium tempat ia bicara.

2.       Unsur Kebahasaan

No.
Ciri Kebahasaan Anekdot
Teks
1.
Kalimat yang  menyatakan peristiwa masa lalu
      Saat Presiden Abdurrahman Wahid menjabat, DepartemenKehutanandan
Perkebunan (Dephutbun) tidakhenti
didemo.

2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
SaatPresiden Abdurrahman Wahidmenjabat, Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Dephutbun) tidakhenti di demo. Setiap hari ada saja kelompok yang
berdemonstrasi di departemen yang saat
itu dipimpin NurMahmudi Ismail.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
M   mendesak, teriak, melumpuhkan, melantik, memaparkan, mengimpor
4.
Kalimat retoris
" -                                 -
5.
Kalimat perintah
 "Sutjiptoterlalu tua, copotsaja!"

6.
Kalimat seru
"La) ah, orang-orang yang berdemoitu,
   daripadamendemomenterinyamboklebih
   baikbeternaklebah, supayakitatidak
   mengimporlagi!"
·    b)"Sutjiptoterlalutua, copotsaja!"


3.       Makna Tersirat
Teks anekdot “PeternakLebahala GusDur” menyampaikan tentang  sebagai  bangsa Indonesia jangan hanya bisa mengkritik ataupun menghakimi orang lain, seharusnya dapat bertindak dengan kesadaran diri agar Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju.

                                  


                                              02.Fenomena 'Gila' Gus Dur

Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu tunggu oleh banyak kalangan, termasuk presiden dari berbagai negara. Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa. Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), momentum tersebut dinilai sangat bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak. "Kenapa?" tanya Gus Dur. "Sebab sampeyan sudah membuat Raja ketawa sampai giginya kelihatan.Barukali
ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus Dur. Melekatnya predikat humoris pada Presiden RI yang keempat itu pun sempat membuat Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz penasaran. Suatu ketika, keduanya berkesempatan bertemu.
Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya. Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu terkenal dengan fenomena 'gila',". Fidel Castro pun menyimak pernyataan mengagetkan tersebut. "Presiden pertama dikenal dengan gila wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian  terdiam sejenak. Fidel Castro pun semakin serius
mendengarkan lanjutan cerita. "Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur. Fidel Castro pun diceritakan terpingkalpingkal mendengar dagelan tersebut.
Analisis Struktur, Unsur Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot  “Fenomena ‘Gila’ Gus Dur”

1.      Struktur
 Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.

Struktur
Teks
Abstraksi
Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu tunggu oleh banyak kalangan, termasuk presiden dari berbagai negara.
Orientasi
Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa. Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus), momentum tersebut dinilai sangat bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak. "Kenapa?" tanya Gus Dur. "Sebab sampeyan sudah membuat Raja ketawa sampai giginya kelihatan. Baru kali
ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus Dur. Melekatnya predikat humoris pada Presiden RI yang keempat itu pun sempat membuat Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz penasaran. Suatu ketika, keduanya berkesempatan bertemu.
Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya
Krisis
Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu terkenal dengan fenomena 'gila',". Fidel Castro pun menyimak pernyataan mengagetkan tersebut. "Presiden pertama dikenal dengan gila wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian 7
terdiam sejenak. Fidel Castro pun semakin serius
mendengarkan lanjutan cerita.
Reaksi
"Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur. Fidel Castro pun diceritakan terpingkalpingkal mendengar dagelan tersebut.
Koda
-



2.Unsur Kebahasaan
              Berikut analisis unsur kebahasaan teks anekdot “Fenomena ‘Gila” Gus Dur”


Ciri Kebahasaan Anekdot
Teks
1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
     Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, termasuk Presiden dari berbagai Negara.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
- Konon, guyonan mantan Presiden Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, termasuk Presiden dari berbagai Negara.
- Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa.
- Baru kali ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus Dur.
- Suatu ketika, keduanya berkesempatan bertemu.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
    - Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat serius dan hampir tidak pernah tertawa.
- Baru kali ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya,
- Fidel Castro bertanya kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya.
- Fidel Castro pun menyimak pernyataan mengagetkan tersebut.
- Fidel Castro pun semakin serius
mendengarkan lanjutan cerita.
J
4.
Kalimat retoris
-
5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
“Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur.Fidel Castro pun diceritakan terpingkal pingkal mendengar dagelan tersebut.

3.Makna Tersirat
Saat itu, Gus Dur bercerita soal empat orang yang pernah menjadi Presiden di Indonesia punya masalah gila. Presiden pertama, Soekarno disebut gila wanita. Presiden kedua, Soeharto, disebut gila harta. Presiden ketiga, BJ Habibie disebut gila sungguhan. Keempat, yakni Gus Dur menyebut dirinya yang membuat orang lain gila atau yang memilih yang gila.





                                        

03.Cerita Gus Dur Soal Naik Kereta
         Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api."Anda mau pergi naik kerata api Gus? Memangnya Anda pikir bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?" ledek si dokter."Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget loh!" jawab mantan Presiden RI ke-4 itu."Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter."Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api bisa lebih cepat dari pesawat," kilah pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 ini."Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu kalau pesawat itu jelas lebih cepat dibandingkan kereta api," cecar sang dokter."Wah, Anda salah. Memang sekarang ini pesawat lebih cepat. Tapi itu karena kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta api nanti sudah bisa berdiri dan bisa lari.Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari pesawat," jawab Gus Dur, disambut wajah kecut sang dokter. (rhs)

Analisis Struktur, Unsur Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot  “Cerita Gus Dur Soal Naik Kereta”
1.      Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
Orientasi
Anda mau pergi naik kerata api Gus? Memangnya Anda pikir bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?" ledek si dokter.
Krisis
Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter."Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api bisa lebih cepat dari pesawat," kilah pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 ini
Reaksi
"Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu kalau pesawat itu jelas lebih cepat dibandingkan kereta api," cecar sang dokter.
Koda
"Wah, Anda salah. Memang sekarang ini pesawat lebih cepat. Tapi itu karena kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta api nanti sudah bisa berdiri dan bisa lari.Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari pesawat," jawab Gus Dur, disambut wajah
kecut sang dokter.
2.      Unsur Kebahasaan
             Berikut analisis unsur kebahasaan teks anekdot “Sebuah Kejanggalan”

No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
 Tapi itu karena kereta api baru bisa merangkak.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter.
"Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget loh!"
4.
Kalimat retoris
"Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter.
5.
Kalimat perintah
"Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget loh!"
6.
Kalimat seru
 Memangnya Anda pikir bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?" ledek si dokter


3.      MaknaTersirat
Dari kutipan anekdot gus dur di atas adalah perdebatan seorang dokter dan gus dur mengenai kecepatan antara kereta dan pesawat terbang dokter dan  gus dur mengenai kecepatan antara kereta dan pesawat terbang.






04.Obrolan Para Presiden
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus
Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali
ini dia mengundang Presiden AS dan
Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan
Perancis aja yg punya pesawat
kepresidenan. Seperti biasa...
setiap presiden selalu ingin memamerkan
apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama presiden Amerika, Clinton
mengeluarkan tangannya dan sesaat
kemudian dia berkata: "Wah kita sedang
berada di Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa
tau sih?"
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab
Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques
Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar.
"Tau nggak... kita sedang berada di atas
kota Paris!", katanya dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau
juga?"
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut
presiden Perancis tersebut.
Karena disombongin sama Clinton dan
Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan
tangannya keluar pesawat...atas New York!"
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah
Abang!!!", teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan
Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan
nggak bisa ngeliat.
"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus
Dur kalem.




Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Obrolan Para Presiden

1.      Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus
Dur coba cari suasana di pesawat RI-01.
Orientasi
Kali ini dia mengundang Presiden AS dan
Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia.
Emangnya AS dan
Perancis aja yg punya pesawat
kepresidenan. Seperti biasa...
Krisis
Setiap presiden selalu ingin memamerkan
apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Reaksi
"Tau nggak... kita sedang berada di atas
kota Paris!", katanya dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau
juga?"
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut
presiden Perancis tersebut.
Koda













"Wah... kita sedang berada di atas Tanah
Abang!!!", teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan
Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan
nggak bisa ngeliat.
"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus
Dur kalem.








2.      Unsur Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Obrolan Para Presiden”.

No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
-
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Tidak lama,sesaat,kemudian
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Mengundang,memamerkan,mengeluarkan
menjulurkan.
4.
Kalimat retoris
-
5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
"Itu.. patung Liberty kepegang!",
"Tau nggak... kita sedang berada di atas
kota Paris!",
"Itu... menara Eiffel kepegang!",
giliran Gus Dur yang menjulurkan
tangannya keluar pesawat atas New York!"
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah
Abang!!!".

3.Makna Tersirat
Teks anekdot “Obrolan Para Presidenadalah menceritakan tentang para prsiden yang memamerkan apa saja yang ada di Negrinya masing-masing.

5. Sate Babi
Suatu ketika gus dur dan ajudannya terlibat percakapan serius. kemudian mereka bertemu di suatu tempat yang ramai dan banyak makanannya yaitu di restoran dan Mereka berdua  sedang membicarakan tentang makanan yang haram. Ajudannya bertanya tentang makanan yang paling haram.
Ajudan: Gus, menurut anda makanan apa yang haram?
Gus Dur: Babi
Ajudan: yang lebih haram lagi
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Ajudan: yang paling haram
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!
Analisis Struktur, Kebahasaan,dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Sate Babi”
  1. Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientaasi, krisis, reaksi, koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.

Struktur
Teks
Abstraksi
Suatu ketika gus dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
Orientasi
Mereka bertemu di suatu tempat yang ramai dan banyak makanannya yaitu di restoran dan mereka berdua sedang membicarakan tentang makanan yang haram.
Krisis
Ajudan: yang lebih haram lagi
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Ajudan: yang paling haram
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi
Reaksi
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Ajudan: yang paling haram
Koda
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!

  1. Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Sate Babi”
Unsur kebahasaan
Teks
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
Suatu ketika gus dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab akibat
kemudian mereka bertemu di suatu tempat yang ramai dan banyak makanannya yaitu di restoran dan Mereka berdua  sedang membicarakan tentang makanan yang haram.
Penggunaan kata kerja aksi
Mereka berdua  sedang membicarakan tentang makanan yang haram.
Kalimat retoris
Ajudan: Gus, menurut anda makanan apa yang haram?
Kalimat perintah
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!
Kalimat seru
Gus Dur: Mmm... babi mengandung babi!
Gus Dur: Mmm... nggg... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!


  1. Makna Tersirat
Teks anekdot yang berjudul SATE BABI : menyatakan tentang makanan yang sehat belum tentu halal.

06.Gus Dur Diplintir Media
Gus  Dur, dalam satu acara peluncuran biografinya. Dia menceritakan tentang kutipan media massa atas berbagai peryataan yang pernah dikeluarkanya.
          Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatara Utara ditanya soal peryataan Menteri Sosial Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia. Dia mengatakan “pada saatnya nanti  akan mengajarkan demokratisi di Singapura.” Lalu, sambungnya di media massa mengatakan bahwa, dia akan melakukan demo di Singapura.
          “walah..... walah, gitu aja kok repot!”

Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Gus Dur Diplintir Media

1.     Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Gus  Dur, dalam satu acara peluncuran biografinya.
Orientasi
Dia menceritakan tentang kutipan media massa atas berbagai peryataan yang pernah dikeluarkanya.
Krisis
Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatara Utara ditanya soal peryataan Menteri Sosial Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia.
Reaksi
Dia mengatakan “pada saatnya nanti  akan mengajarkan demokratisi di Singapura.” Lalu, sambungnya di media massa mengatakan bahwa, dia akan melakukan demo di Singapura.
Koda
“walah..... walah, gitu aja kok repot!”

2. Unsur Kebahasaan
 Berikut analisis kebahasaan teks anekdot ”Gus Dur Diplintir Media”
Ciri Kebahasaan Anekdot

Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Gus  Dur, dalam satu acara peluncuran biografinya.
Konjungsiyang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Dia mengatakan “pada saatnya nanti  akan mengajarkan demokratisi di Singapura.” Lalu,sambungnya di media massa mengatakan bahwa, dia akan melakukan demo di Singapura.
Penggunaan kata kerja aksi
1) Dia menceritakantentang kutipan  media massa atas berbagai peryataan yang pernah dikeluarkanya.
2) Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatara Utara

Kalimat retoris
Gitu aja kok repot!
Kalimat perintah
-
Kalimat seru
Walah..... walah.
       
3.        Makna Tersirat
Teks anekdot”Gus Dur Diplintir Media” menyampaikan tentang “Aggapan bangsa lain terhadap masalah terorisme di Indonesia” /menyoroti masalah “Peryataan Menteri Sosial Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia.”/mengkritisi masalah “Anggapan miring bangsa lain terhadap masalah terorisme di Indonesia.”

7. Kuli dan Kyai
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan
serius dalam bahasa Arab.
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: "Lho kenapa Anda berkerumun di sini?"
"Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai."(//ahm)





Analisis Struktur, Unsur Kebahsaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot “KULI DAN KYAI”
1. Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi.

Orientasi
Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa.
Krisis
Akibatnya dua orang diantara kuli-kuli itu terlibat percekcokan dua belas serius dalam bahasa arab.
Reaksi
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung merekka sambil beucap : amin,amin,amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka :’ lho kenapa anda berkerumun disini?”
Koda
‘mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai surban, mereka itu pasti kyai.”


2. Unsur Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Kuli dan Kyai
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot
1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi.
2.
Kojungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Akibatnya dua orang diantara kuli-kuli itu terlibat percekcokan dua belas serius dalam bahasa arab.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya dua orang diantara kuli-kuli itu terlibat percekcokan.
4.
Kalimat retoris
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka :’ lho kenapa anda berkerumun disini?”
5.
Kalimat perintah
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung merekka sambil beucap : amin,amin,amin!
6.
Kalimat seru
‘mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai surban, mereka itu pasti kyai.”

3. Makna Tersirat
Teks anekdot “Kuli dan Kyai” menyampaikan tentang masyarakat yang memakai surban atau mahir berdoa serta mahir berbahasa Arab belum tentu agamanya baik dan sifat serta perilaku yang dimilikinya baik.

8. Kaum Almarhum

Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya
pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab
Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela "ideologi"nya itu.
 Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering
berziarah ke makam para ulama dan leluhur.
"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya
kepentingan lagi." Katanya.



Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Kaum Almarhum”
1.      Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Mungkinkah Gus Dur benar – benar percaya pada isyarat dari makam – makam para leluhur?
Orientasi
Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh – sungguh membela “ideologi”nya itu
Krisis
Padahal hal tersebut sering membuat
repot para
koleganya.
Reaksi
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar,
ketika ditanya kenapa Gus Dur sering
berziarah kemakam para ulama dan
leluhur.
Koda
“Saya datang ke makam, karena saya tahu.
Mereka yang mati itu sudah tidak punya
kepentingan lagi."Katanya.



2.      Unsur Kebahasaan
            Berikut analisis unsur kebahasaan teks anekdot “Kaum Almarhum”

No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Makam-makam leluhur
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
-
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Membuat,
4.
Kalimat retoris
"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya
kepentingan lagi." Katanya.

5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
Kelihatannya dia memang percaya,sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela"ideologi"nya itu.


3.      Makna Tersirat
Teks anekdot “ Kaum Almarhum menyampaikan tentang kita seharusnya jangan memercayai isyarat pada makam - makam leluhur, dan  kita harus memiliki ideologi yang kuat untuk memercayai hal -  hal tersebut.





9. Pengalaman Gus Dur Naik Haji

Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru. Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi seorang persiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta pertunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko. Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko. Beberapa kali batu yang dilemparkannya selalu berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut. Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri,mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden. Namun, sebelum sampai di  hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manusia, sesama setan jangan saling lempar."
Analisis Struktur, Kebahasaan dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Pengalaman Gus Dur Naik Haji”
1.        Struktur
Struktur teks anekdot di atas tidak lengkap karena tidak terdapat reaksi dan koda. Agar menjadi anekdot yang baik, teks di atas dapat ditambahkan struktur baru. Misalnya saja sebagai berikut.
No.
Struktur
Teks
1.       
Abstraksi
Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru.
2.       
Orientasi
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pergi seorang presiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta petunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko.
Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko.
3.       
Krisis
Beberapa kali batu yang dilemparkannya selau berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dur menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut.
Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden.
Namun, sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
4.       
Reaksi
“Astaga!” kagetnya dalam hati. Setelah mendengar bisikan tersebut, ia berhenti sejenak dan berpikir-pikir. “Sesama setan jangan saling lempar?” katanya dalam hati. Setelah itu ia baru sadar kalau ia telah tersindir dengan bisikan tersebut.
5.       
Koda
Harmoko langsung mengurungkan niatnya untuk menghampiri Soeharto. Dan ia pun hanya diam tidak menyampaikan bisikan tersebut ke Soeharto dan melanjutkan ritual selanjutnya.

2.      Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Pengalaman Gus Dur Naik Haji
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot
Contoh Kalimat
1.
Kalimat yang menyatakan masa lalu 
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Lalu Harmoko pindah posisi.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk".
4.
Kalimat retoris
“Sesama setan jangan saling lempar?” katanya dalam hati.
5.
Kalimat perintah
"Hai manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
6.
Kalimat seru
“Astaga!”

3.      Makna Tersirat
Teks anekdot “Obrolan Para Presiden” menyampaikan tentang sindiran kepada Harmoko yang menjadi orang dekat Presiden Soeharto yang kemudian berkhianat dengan menginginkan Soeharto untuk turun dari jabatannya yaitu presiden. Kalimat “Hai manusia, sesama setan  jangan saling lempar!” memiliki arti yaitu Harmoko diibaratkan setan karena telah berkhianat.




9. Pengalaman Gus Dur Naik Haji

Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru. Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi seorang persiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta pertunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko. Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko. Beberapa kali batu yang dilemparkannya selalu berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut. Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri,mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden. Namun, sebelum sampai di  hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manusia, sesama setan jangan saling lempar."
Analisis Struktur, Kebahasaan dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Pengalaman Gus Dur Naik Haji”
1.        Struktur
Struktur teks anekdot di atas tidak lengkap karena tidak terdapat reaksi dan koda. Agar menjadi anekdot yang baik, teks di atas dapat ditambahkan struktur baru. Misalnya saja sebagai berikut.
No.
Struktur
Teks
1.       
Abstraksi
Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru.
2.       
Orientasi
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pergi seorang presiden, tentu sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya "peminta petunjuk" yang paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko.
Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul masalah, terutama bagi Harmoko.
3.       
Krisis
Beberapa kali batu yang dilemparkannya selau berbalik menghantam jidatnya. "Wah kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dur menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar karena takut.
Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden.
Namun, sebelum sampai di hadapan Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
4.       
Reaksi
“Astaga!” kagetnya dalam hati. Setelah mendengar bisikan tersebut, ia berhenti sejenak dan berpikir-pikir. “Sesama setan jangan saling lempar?” katanya dalam hati. Setelah itu ia baru sadar kalau ia telah tersindir dengan bisikan tersebut.
5.       
Koda
Harmoko langsung mengurungkan niatnya untuk menghampiri Soeharto. Dan ia pun hanya diam tidak menyampaikan bisikan tersebut ke Soeharto dan melanjutkan ritual selanjutnya.

2.      Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Pengalaman Gus Dur Naik Haji
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot
Contoh Kalimat
1.
Kalimat yang menyatakan masa lalu 
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Lalu Harmoko pindah posisi.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk "minta petunjuk".
4.
Kalimat retoris
“Sesama setan jangan saling lempar?” katanya dalam hati.
5.
Kalimat perintah
"Hai manuia, sesama setan jangan saling lempar!"
6.
Kalimat seru
“Astaga!”

3.      Makna Tersirat
Teks anekdot “Obrolan Para Presiden” menyampaikan tentang sindiran kepada Harmoko yang menjadi orang dekat Presiden Soeharto yang kemudian berkhianat dengan menginginkan Soeharto untuk turun dari jabatannya yaitu presiden. Kalimat “Hai manusia, sesama setan  jangan saling lempar!” memiliki arti yaitu Harmoko diibaratkan setan karena telah berkhianat.
                                        10. Cuma Takut Tiga Roda
Suatu hari,saat Abdurrahman wahid menjabat sebagai presiden RI,ada pembicaraan serius. Pembicaraan bertopik isu terhangat dilakukan selesai menghadiri sebuah rapat di Istana Negara.
Diketahui,pembicaraan itu mengenai wabah demam berdarah yang kala itu melanda kota Jakarta. Gus dur pur sibuk membicang-bincangkan penyakit mematikan tersebut.
“menurut anda,mengapa demam berdarah semakin marak di Jakarta pak?” tanya seorang menterinya
“ya karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso melarang bemo,becak,dan sebentar lagi bajaj dilarang beredar di Jakarta ini. padahal kan nyamuk sini Cuma takut sama tiga roda...!”
Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Cuma takut tiga roda

1.Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Suatu hari,saat Abdurrahman wahid menjabat sebagai presiden RI,ada pembicaraan serius.
Orientasi
Pembicaraan bertopik isu terhangat dilakukan selesai menghadiri sebuah rapat di Istana Negara.
Krisis
Diketahui, pembicaraan itu mengenai wabah demam berdarah yang kala itu melanda kota Jakarta. Gus Dur pun sibuk membicang bincangkan penyakit mematikan tersebut.

“menurut anda,mengapa demam berdarah semakin marak di Jakarta pak?” tanya seorang menterinya.

Reaksi
“ya karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso melarang bemo,becak,dan sebentar lagi bajaj dilarang beredar di Jakarta ini.
Koda
padahal kan nyamuk sini Cuma takut sama tiga roda...!”

2.Unsur Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Cuma Takut Tiga Roda”
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Suatu hari
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Sebentar lagi,karena
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Menghadiri, mematikan, melarang.
4.
Kalimat retoris
-
5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
Cuma takut sama tiga roda...!”

3.Makna Tersirat
Teks anekdot “Cuma Takut Sama Tiga Roda adalah menceritakan tentang wabah demam berdarah yang terjadi di Ibukota Jakarta bukan hanya karena kendaraan roda tiga,namun juga karena kurang pedulinya masyarakat akan kebersihan lingkungan.
                                        11. Tak Punya Latar Belakang Presiden
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik. Dalam situasi genting dan
sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.
Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah
satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir

menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak
memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Mahfud.
Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus
bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok," ujar
Gus Dur santai. Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik.
"Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai
Menhan," kelakar Mahfud. (mbs)

Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Tak Punya Latar Belakang Presiden
  1. Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik.
Orientasi
Dalam situasi genting dan
sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.
Krisis
Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah
satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir

menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak
memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Mahfud.
Reaksi
Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus
bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok," ujar
Gus Dur santai. Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik.

Koda
"Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai
Menhan," kelakar Mahfud. (mbs)




  1. Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Tak Punya Latar Belakang Presiden”.

No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
-
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Memilih, meluncurkan, mencerdaskan
4.
Kalimat retoris
-
5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
"Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai
Menahan," kelakar Mahfud.

  1. Makna Tersirat
Teks anekdot “Tak Punya Latar Belakang Presiden” menyampaikan tentang Gusdur yang selalu tegas dalam segala menyikapi masalah dan selalu tegas dalam  menyampaikan pendapat walaupun dalam keadaan mendesak.



12. Airport Abdurrahman Wahid
            Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan mendarat di Bandara Abdurrahman saleh. Ini mengingatkan dia pada peristiwa belasan taun silam, ketika dia mendarat di bandara yang sma dari Jakarta, saat masih ada penerbangan reguler dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Malang. Waktu Gus Dur bersama antara lain Almarhum Jaksa Agung Sukarton Marmosujono. Sebagaimana alazimnya untuk rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh pasukan Banser NU. Ketika rombongan sudah berangkat ke Selorejo, sekitar 60 kilometer dari Bandara, petugas Banser melapor pada poskonya melalui handy talky.
“halo, halo, rojer,” kata Mas Banser. “lapor: Abdurrahman Saleh sudah mendarat di airport Abdurrahman Wahid!”
Yah, kebalik. (mbs)
1.      Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah elngkap. Abstraksi, orientasi, krisi, reaksi, dan kodasudah didalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.


Struktur
Teks
Abstraksi
Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan mendarat ke Bandara Abdurrahman Saleh.
Orientasi
mengingatkan dia pada peristiwa belasan tahun silam, ketika dia medarat di bandara yang sama dari Jakarta, saat masih ada penerbangan reguler ke Bandara Halim Perdanakusuma ke Malang.

Krisis
waktu itu Gus Dur bersama antara lain Almarhum Jaksa Agung Sukarton Marmosujono. Sebagaimana lazimnya untuk rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh pasukan Banser NU.
Reaksi
ketika rombongn sudah berangkat ke Selorejo, sekitar 60 kilometer dari Bandara, petugas Banser melapor pada poskonya melalui handy talky.
Koda
halo, halo, rojer,” kata Mas Banser. “Lapor: Abdurrahman Saleh sudah mendapat di airport Abdurrahman wahid!”

2.      Kebahasaan
Berikut analisiskebahasaan teks anekdot “ airport Abdurrahman Wahid “.

No.
Ciri kebahasaan anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan masa lalu
pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan mendarat di bandara Abdurrahman Saleh
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab akibat
pada, saat.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
mendarat, melapor.
4.
Kalimat retoris
-
5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
-

Makna Tersirat: -
13. Buto Cakil Pembayar Demonstran?
Punakawan selalu digambarkan sebagai kstaria. Musuhnya jelek-jelek semua, misalnya Buto Cakil. Punakawan sering diculik, dibawa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tapi, menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya serba tak jelas. Perilaku kesatria pun tak jelas. Yang jadi Punakawan pun tak jelas. Yang disebut istana pun tak jelas. Sebab saat ini masih banyak istana, ada yang di Cendana, ada yang di sana, pokoknya di mana-mana.
"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para elite politik) itu kalau berantem caranya yang cerdas lah. Rakyat seperti kita ini kan juga perlu tahu. Bukan begitu, Gus?"
"Sebelum tahu istananya, harus tahu dulu siapa demonstrannya," jawab Gus Dur."Ya sebelum tahu demonstrannya, harus tahu dulu siapa yang membayari."

Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Buto Cakil Pembayar Demonstran”
1.      Struktur
Struktur teks anekdot di atas belum lengkap. Buktinya adalah sebagai berikut:

Struktur
Teks
Abstraksi
Punakawan selalu digambarkan sebagai ksatria.
Orientasi
Punokawan sering diculik,dibawa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Krisis
Sebelum tahu istananya,harus tahu dulu demonstrasinya.
Reaksi
Ya sebelum tahu demonstrasinya harus tahu dulu siapa yang membayari
Koda
-

2.      Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Buto Cakil Pembayar Demonstran”
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Sebelum tahu istananya,harus tahu dulu siapa demonstrasinya.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
“Sebelum tahu istananya harus tahu dulu siapa demonstrannya”
3.
Penggunaan kata kerja aksi
-
4.
Kalimat retoris
-
5.
Kalimat perintah
-
6.
Kalimat seru
-
3.Makna Tersirat

14. Tukang Santet Jakarta
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal oleh masyarakat kita. Pelakunya bukan cuma rakyat biasa, tapi sering justru aparat yang berwenang. Paling tidak penghakiman dilakukan di depan aparat. Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredelan pernah "menghitamkan" beberapa halamannyla sebagai tanda prihatin. Para pembaca Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga.
"Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?" tanya Gus Dur dalam "kuis imajiner"nya.
"Karena reportase soal tukang santet dan bromocorah Jember."
"Siapakah yang memerintahkan penghitaman itu?"
"Tukang santet dan bromocorah Jakarta."(mbs)
Analisis Struktur, Unsur Kebahsaan, dan Makna Tersirat Teks
Anekdot “Tukang Santet Jakarta”
1. Struktur
Struktur teks anekdot diatas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.
Struktur
Teks
Abstraksi
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal oleh masyarakat kita.
Orientasi
Pelakunya bukan cuma rakyat biasa, tapi sering justru aparat yang berwenang.
Krisis
Paling tidak penghakiman dilakukan di depan aparat. Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredalan pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
Reaksi
Para pembaca Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga. “Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?” tanya Gus Dur dalam “kuis imajiner”-nya.
Koda
“Karena reportase soal tukang santet dan bromocorah Jember.”
Gila  Siapakah yang memerintahkan penghitaman itu?”
“Tukang Santet dan bromocorah Jakarta.” (mbs)

2. Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Tukang Santet Jakarta”
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot
1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal oleh masyarakat kita.
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredalan pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
2.
Kojungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredalan pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum pembredalan pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin.
Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga.
4.
Kalimat retoris
“Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?”
5.
Kalimat perintah
Paling tidak penghakiman dilakukan di depan aparat.
6.
Kalimat seru
Gila! Siapakah yang memerintahkan penghakiman itu?”

3. Makna Tersirat
Teks anekdot “Tukang Santet Jakarta” mengkritisi masalah tentang aparat yang berwenang namun mereka malah main hakim sendiri.
                                                 15. Keliling Dunia Tidak Mati Kok!

Empat dokter ahli menyampaikan analisis
negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada
DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua
DPP Partai Golkar Agung Laksono juga
pernah mengungkit masalah itu. Agung,
yang juga dokter, mengusulkan agar
Presiden Gus Dur diperiksa oleh tim dokter
independen. Usul itu disetujui oleh Ketua
MPR Amien Rais.
Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan
pun menanyakan usulan Agung Laksono itu.
"Kalau mau tahu soal kesehatan sata, tanya
saja sama dokter yang pernah memeriksa
saya," jawab Gus Dur serius.
Kalau belum percaya? "Gampang saja, saya
keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab
Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah
begitu jangan tanya sayalah. Saya sudah
malas menjawabnya. Punya ambisi politik
saja kok sampai begitu." (mbs)

Analisis Struktur, Kebahasaan, dan Makna Tersirat Teks Anekdot “Keliling Dunia Tidak Mati Kok!
1.      Struktur
Struktur teks anekdot di atas sudah lengkap. Abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda sudah ada di dalam teks. Buktinya adalah sebagai berikut.

Struktur
Teks
Abstraksi
Empat dokter ahli menyampaikan analisis
negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada
DPR.
Orientasi
Jauh sebelumnya, salah satu Ketua
DPP Partai Golkar Agung Laksono juga
pernah mengungkit masalah itu. Agung, yang juga dokter, mengusulkan agar Presiden Gus Dur diperiksa oleh tim dokter independen. Usul itu disetujui oleh Ketua MPR Amien Rais.
Krisis
Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan
pun menanyakan usulan Agung Laksono itu.
"Kalau mau tahu soal kesehatan sata, tanya
saja sama dokter yang pernah memeriksa
saya," jawab Gus Dur serius.
Reaksi
Kalau belum percaya? "Gampang saja, saya
keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab
Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah
begitu jangan tanya sayalah. Saya sudah
malas menjawabnya.
Koda
Punya ambisi politik
saja kok sampai begitu." (mbs)

2.      Kebahasaan
Berikut analisis kebahasaan teks anekdot “Maju aja Dituntun, Apalagi Mundur”.
No.
Ciri Kebahasaan Anekdot

1.
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Empat dokter ahli menyampaikan analisis negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua DPP Partai Golkar Agung Laksono juga pernah mengungkit masalah itu.
2.
Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu atau sebab-akibat
Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan
pun menanyakan usulan Agung Laksono itu. Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah
begitu jangan tanya sayalah. Punya ambisi politik saja kok sampai begitu." (mbs)
3.
Penggunaan kata kerja aksi
Empat dokter ahli menyampaikan analisis negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada DPR. Agung, yang juga dokter,mengusulkan agar Presiden Gus Dur diperiksa oleh tim dokter independen. Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan pun menanyakan usulan Agung Laksono itu. "Kalau mau tahu soal kesehatan sata, tanya saja sama dokter yang pernah memeriksa saya," jawab Gus Dur serius. "Gampang saja, saya keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia. Saya sudah malas menjawabnya.
4.
Kalimat retoris
Kalau belum percaya? "Gampang saja, saya
keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab
Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
5.
Kalimat perintah
Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah
begitu jangan tanya sayalah.
6.
Kalimat seru
"Gampang saja, saya
keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.
Punya ambisi politik
saja kok sampai begitu." (mbs)

3.      Makna Tersirat
Teks anekdot “Keliling Dunia Tidak Mati Kok!” menyampaikan tentang bahwa menilai orang jangan hanya dari luarnya saja atau menurut padangan dari orang lain yang belum tentu kebenarannya atau tanpa bukti, melainkan menilai dari dalamnya juga, buktinya bahwa dijelaskan Gusdur sedang mengelilingi dunia(berkunjung ke Kairo) dengan keadaan baik baik saja dan tanpa ada beban masalah. Dijelaskan juga bahwa memiliki ambisi politik kok begitu, artinya bahwa seseorang yang telah memiliki jabatan atau kekuasaan tinggi (dokter) janganlah sombong, karena kekuasaan atau jabatan hanyalah bersifat semata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anekdot Individu 2

Puisi Tema 2